Waspada,
rabies ada di sekitar kita !
Rabies
yang juga dikenal sebagai Lyssa Hydrophobia dan di indonesia dikenal dengan
nama penyakit Anjing Gila adalah infeksi viral dan akut pada susunan saraf
ditandai dengan kelumpuhan yang
progresif dan berakhir dengan kematian. Rabies merupakan salah satu
penyakit zoonosis (menular dari hewan ke manusia) sejak 2300 tahun sebelum Masehi.
Rabies ditemukan di sebagian besar dunia. Negara-negara yang hingga kini bebas
adalah Australia, Selandia Baru, Inggris, Belanda, Hawaii (Amerika Serikat) dan
sejumlah pulau-pulau kecil di Pasifik. Rabies
di Indonesia sudah lama di temukan dan hampir semua daerah tertular virus.
Rabies pertama kali ditemukan pada kerbau pada tahun 1884 dan pada anjng tahun
1889. Virus rabies ditularkan kepada manusia melalui gigitan hewan misalnya
oleh anjing, kucing, kera, rakun dan kelelawar. Saat ini, penyakit rabies sudah
tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Rabies di Indonesia merupakan
masalah kesehatan masyarakat yang serius karena hampir selalu menyebabkan
kematian (always almost fatal)
setelah timbul masalah klinis dengan tingkat kematian sampai 100%.
Penyebab Rabies
Rabies
disebabkan oleh virus rabies yang masuk keluarga Rhabdoviridae dan Lysavirus. Virus
ini hanya memiliki satu utas negatif RNA yang tidak bersegmen. Virus ini hidup
pada jenis hewan yang berperan sebagai perantara penularan. Hewan perantara
menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan.
Infeksi jga dapat melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka.
Setelah infeksi, virus akan masuk
melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak kemudian
berreplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke
jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur. Hewan
yang berinfeksi bisa mengalami rabies buas/ganas ataupun rabies jinak/tenang.
Pada rabies buas/ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak. Agresif, menggigit
dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung, gelisah
kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak/tenang, hewa yang
terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi
ditempat gelap, mengalami kejang dan sulit bernafas, serta menunjukkan
kegalakan.
Manifestasi klinis
Gejala rabies
biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi. Masa inkubasi
virus hingga munculnya penyakit adalah 10-14 hari apada anjing tetapi bisa
mencapai 9 bulan pada manusia. Bila disebabkan oleh gigitan anjing, luka yang
memiliki risiko tinggi meliputi infeksi pada mukosa, luka di atas daerah bahu
(kepala, muka, leher), luka pada kelamin, luka yang lebar atau dalam, dan luka
yang banyak. Sedangkan luka dengan risiko rendah meliputi jilatan pada kulit
yang luka, garukan atau lecet, serta luka kecil disekitar tangan, badan dan
kaki.
Gejala sakit
yang akan dialami seseorang yang terinfeksi rabies meliputi 4 stadium :
Stadium prodromal
Dalam stadium
prodromal sakit yang timbul pada penderita tidak khas, menyerupai infeksi virus
pada umumnya yang meliputi demam, sulit makan yang menuju taraf anoreksia,
pusing dan pening (nausea), dan lain sebagainya.
Stadium sensoris
Dalam stadium sensoris penderita
umumnya kan mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas, gugup,
kebigungan, keluar banyak air liur (hipersalivasi), dilatasi pupil,
hiperhidrosis, hiperlakrimasi.
Stadium eksitasi
Pada stadium
eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah kaget, kejang-kejang setiap ada
rangsangan dari luar sehingga terjadi ketakutan pada udara (aerofobia),
ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan ketakutan pada air (hidrofobia).
Kejang-kejang terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses
menelan dan penafasan. Hidrofobia yang terjadi pada penderita rabies terutama
karena adanya rasa sakit yang luar biasa dikala berusaha menelan air.
Stadium paralitik
Pada stadium paralitik setelah
melaliu ketiga stadium sebelumnya, penderita
memasuki stadium paralitik ini menunjukan kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke
bawah yang progresif. Karena durasi penyebaran penyakit yang cukup cepat maka
umunya keempat stadium di atas tidak dapat dapat dibedakan dengan jelas.
Gejala-gejala yang tampak jelas pada penderita diantaranya adalah nyeri pada
bekas gigitan dan ketakutan pada air, udara, dan cahaya serta yang keras.
Sedangkan pada hewan yang terinfeksi, gejala yang tampak adalah dari jinak
menjadi ganas, hewan-hewan peliharaan menjadi liar dan lupa jalan pulang, serta
ekor dilengkungkan di bawah perut.
Diagnosis
Jika seseorang
digigit hewan, maka hewan yang menggigit harus diawasi. Satu-satunya uji yang
menghasilkan keakuratan 100% terhadap adanya virus rabies adalah dengan uji
antibodi fluoresensi langsung (direct
fluorescent antibody test/dFAT) pada jaringan otak hewan yang terinfeksi.
Uji ini telah digunakan lebih dari 40 tahun dan dijadikan standar dalam
diagnosis rabies. Prinsipnya adalah ikatan antara antigen rabies dan antibody
spesifik yang telah dilabel dengan senyawa fluoresens yang akan berpendar
sehingga dapat memudahkan dalam deteksi. Namun, kelemahannya adalah subjek uji
harus dimatikan terlebih dahulu (eutanasia) sehingga tidak dapat digunakan
terhadap manusia. Akan tetapi uji serupa tetap dapat dilakukan menggunakan
serum, cairan sumsum tulang belakang, ataunpun air liur penderita walaupun
tidak memberikan keakuratan 100%. Selain itu diagnosis dapat dilakukan dengan
biopsi kulit leher atau sel epitel kornea mata walaupun hasilnya tidak terlalu
tepat sehingga nantinya akan dilakukan kembali diagnosis post mortem setelah hewan ataun manusia yang terinfeksi meninggal.
Penanganan
Bila terinfeksi
rabies, segera cari pertolongan medis. Rabies dapat diobati, namun harus
dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan menimbulkan gejala. Bila
gejala mulai terlihat, tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan penyakit ini.
Kematian biasanya terjadi beberapa hari setelah terjadinya gejala pertama.
Jika terjadi kasus gigitah oleh
hewan yang diduga terinfeksi rabies atau berpotensi rabies (anjing, sigung,
rakun, rubah, kelelawar) segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain
di bawah air mengalir selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau
iodin. Orang-orang yang belum di imunisasi selama 10 tahun terakhir akan
diberikan suntikan tetanus. Orang-orang yang belum pernah mendapatkan vaksin
rabies akan diberikan suntikan globulin imun rabies yang dikombinasikan dengan
vaksin. Separuh dari dosisnya disuntikkan di tempat gigitan dan separuhya
disuntikkan ke otot, biasanya di daerah pinggang. Dalam periode 28 hari
diberikan 5 kali suntikan. Suntikan pertama untuk menentukan risiko adanya
virus rabies akbat bekas gigitan. Sisa suntikan diberikan pada hari ke 3, 7,
14, 28. Kadang-kadang terjadi rasa sakit, kemerahan, bengkak atau gatal pada
tempat penyuntikan vaksin.
Pencegahan
Langkah-langkah
untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum terjangkit virus atau segera setelah
tekena gigita. Sebagai contoh, vaksinasi bisa diberikan kepada orang-orang yang
berisiko tinggi terjangkitnya virus rabies, yaitu :
- · Dokter hewan.
- · Petugas yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi.
- · Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah yang rabies pada anjing banyak ditemukan.
- · Para penjelajah gua kelelawar.
Vaksin
idealnya dapat memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi seiring berjalannya
maktu kadar antibodi akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap
rabies harus mendapatkan dosis booster vaksinasi
setiap 3 tahun. Pentingnya vaksinasi rabies terhadap hewan peliharaan seperti
anjing juga marupakan salah satu cara pencegahan yang harus diperhatikan.
Vaksinasi pada hewan rentan seperti anjing, sebaiknya diberikan setiap tahun.
Demikian juga pemeliharaan vaksinnya harus tepat. Agar memperoleh hasil yang
optimal, gunakan vaksin rabies yang berisi virus rabies isolat lokal, yang
memiliki homologi tinggi dengan virus lapang. Hal ini agar perlindungan tetap
lebih optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar